Rabu, 14 Juli 2010

Mengakses dan Menguatkan Hati


Untuk mengakses Hati Nurani, sebelumnya kita harus membersihkan hati. Langkahnya, santai, senyum lepas sepenuh kasih / perasaan pada Tuhan, kemudian mulai berdoa. Memohon pada Tuhan agar semua emosi negatif di hati dibersihkan dan digantikan dengan Cahaya KasihNya. Lakukan satu persatu untuk setiap emosi, misalnya:

Tuhan Yang Terkasih, berkatilah Hati kami agar semua kemarahan berganti dengan Cahaya dan KasihMu

Tuhan Yang Terkasih, berkatilah Hati kami agar semua kesombongan berganti dengan Cahaya dan KasihMu


Begitu seterusnya untuk tiap emosi, mulai dari kemarahan, kesombongan, iri dengki, sifat mementingkan diri sendiri, kelicikan, keserakahan dan sebagainya.

Ampuni juga semua orang yang bersalah kepada kita. Mohon bantuan Tuhan agar kita dibantu untuk mampu memaafkan dengan setulusnya, serta agar rasa jengkel, kebencian, kemarahan, kesedihan, ketidakpuasan yang disebabkan orang lain, berganti dengan Cahaya dan KasihNya.

Mohon pada Tuhan agar Hati dikuatkan dan dipenuhi oleh Cahaya dan KasihNya.

Mohon pada Tuhan agar setiap pikiran, perkataan, dan perbuatannya selalu sesuai dengan hukum KasihNya.

Mohon pada Tuhan agar kita menjadi alatNya yang baik agar Cahaya dan KasihNya memancar ke semua makhluk dan memberikan yang terindah.

Lakukan doa ini setiap hari. Doa ini tidak untuk menggantikan doa yang biasa kita pakai. Hanya menambahi, dengan berfokus kepada membersihkan hati. Bukan juga latihan dari agama tertentu. Ibarat hubungan antara makhluk dengan Penciptanya.

Jadi jangan takut akan berakibat negatif pada keimanan atau apapun, karena pemberianNya selalu yang terbaik. Kata Tuhan bisa diganti dengan Allah, atau Bapa, atau Tuhan Yesus, terserah bagaimana kita biasa menyebut Beliau dengan nama apa.

Biasanya, ketika memohon pada Tuhan agar emosi negatifnya dibersihkan, terasa ada tarikan-tarikan di Hati (permukaan dada), terkadang emosi-emosi yang tersimpan juga dibongkar, sehingga wajar kalau misalnya kita ingin menangis atau tertawa. Ini adalah bagian dari proses pembersihan emosi, jangan di tahan. Lepas saja. Percaya dan berserah diri pada Tuhan. Beliau ingin memberi yang terbaik untuk hati kita. Jangan takut tidak khusyu, biasanya setelah fase pembersihan ini selesai, setiap berdoa justru sangat khusyu dan dalam, bahkan Kasih Tuhan dapat dirasakan mengalir berkelimpahan dalam Hati dan memancar ke seluruh alam.

Biasanya, setelah berdoa sekitar 4-10 minggu, akan ada perasaan ringan, damai, dan bahagia di permukaan dada. Ini artinya hati sudah mulai terbuka. Cahaya Hati mulai memancar ke jiwa, pikiran, dan perbuatan sehari-hari. Kita akan merasakan damai sejahtera, merasakan KasihNya benar-benar berkelimpahan.

Ketika berdoa, ikutilah perasaan ringan dan damai yang mengalir. Semakin diikuti, semakin dalam. Kuncinya:

Santai, baik fisik maupun pikiran. Jangan tegang atau terlalu mengharap sesuatu. Senyum dengan lepas ke hati (tidak perlu bingung bagaimana caranya, lakukan saja, hati pasti mengerti). Senyum dengan sepenuh kasih dan perasaan. Mengikuti rasa yang muncul, biasanya ringan, tenang, damai dan sebagainya.

Harus disadari, hanya Tuhanlah yang bisa membersihkan debu-debu dari emosi negatif. Kita hanya bisa memendamnya, ataupun menghilangkan gejalanya. Tapi debunya masih di dalam. Nah, ketika melakukan doa ini, timbunan-timbunan debu / kotoran selama bertahun-tahun akan mulai dibersihkan satu demi satu, disyukuri saja proses ini.

Setelah hati mulai terbuka dan ketenangan, kedamaian, serta keindahan Cahaya dan Kasih Tuhan dapat dirasakan mantap di hati, maka berikutnya kita bisa latihan untuk menguatkan Hati.

Ketika Hati sudah kuat, kita akan bisa menyadari banyak hal tentang Tuhan, arti kehidupan, rahasia-rahasia, bahkan hal-hal yang tidak diketahui oleh otak manusia.

Hati akan mengarahkan kita kepada Tuhan dengan indahnya.

_@_

Perjumpaan

Pesan ini ditulis oleh Sahabatku, Firdaus / Golden Lotus dan dikirim melalui e-mail pada Selasa, 03 Maret 2009. Semoga bermanfaat :)

Senin, 12 Juli 2010

Lintang Gerimis Pagi


Selasa, 13 Juli 2010

Daunan merobek layar pada pagi, terbang mengoyak sepi pada diri. Pukul 10.40, laju mobil dan motor kencang berarak, angin menunjukkan barat. Sekalipun diam pada sepenggal jejak, perca kelabu masih menusuk nadi – sepekat ruang berselimut mendung pada rintik.

Hujan mengibas daun, lenggang tak bertepi. Penat jadikan rindu nyata pada jiwa. Luruh air jelma embun di jendela, leburkan nada-nada. Dalam jenak, aku ingin mengeja bait nurani. Terpuisikan.

Entah kapan bisa kulihat lagi, sejuk hujan mengibaskan penat. Istirah. Di peraduan khayal dan mimpi panjang. Ia teduh kala meratap segaris congkak kehidupan, terpiturkan pada kita. Terbangunkan. Melerai jiwa pada amarah dan ketidakdewasaan.

Selarik tuntas pertemuan, terpagutkan kata, aku bertanya, bagaimana menemukan keberanian untuk senantiasa jujur, sedang tak yakin aku lintasi – sepenggal jarak antar kebisuan?

Ucap kata maaf, sungguhpun tak sesukar menerjang badai angkara. Tapi mengapa? Pilu lidahku, merapalkannya?

Rafael Yanuar (13 Juli 2010)

Minggu, 11 Juli 2010

Keranjang Buah


Sangat dekat kehadiranmu di hidupku, hingga retas penatku diteduh matamu. Pun saat senja usiaku, selalu ada sekeranjang buah dari taman hati kau petik, juga segala ranum bulir padi, sampai fajar menyingsing di lengan waktumu. Kembali engkau berkata bahwa cintalah menjadi jawab, lalu aku mendengarmu melantunkan nada dan lagu-lagu.

Kenangan adalah bentuk lain pertemuan, maka kenanglah selagi ada waktu

Hening seakan menunduk malu padaku, dan memanggil pawana - mengabarkan berita, tanpa tahu kesedihan bisa menyemai rindu tak terbatas.

Sendiri

Rafael Yanuar (27 April 2010)

_@_

Perjumpaan

Selarik sajak Khalil Gibran - Kenangan adalah bentuk lain pertemuan :)

Episode


In a glimpse of glittering line on the night's visage
dashes in a blink of an eye, agape
and expired
Time does cunningly scrape an encounter
and smashes it against the soul's side.

Rafael Yanuar (28 Desember 2009)

_@_

Pembenahan Bahasa oleh Taurelilómëa Tumbalemorna :)

Alice


Alice

Tersesat di kedalaman pekat yang lelah
Terluka entah berapa lama, seolah
Berutang pada mimpi masa silam
Yang panjang, tak berkesudahan

Alice

Meredam waktu oleh sihir tak terpiturkan
Lunglai terjaga dari getir kenangan
Sebelum akhirnya menemukan jarak menghiba
Pada detak dan getar di jiwa

Angin membawa hujan ke atas lonceng pagi yang sunyi
Lalu sepi, seolah senyummu getarkan cerita yang lama melupa


Alice

Meski waktu merobek – robek kain layar
Yang terserak di jantung masai
Puisi lebih tulus menari pada dirimu
Yang selalu tertawa, senang menendang, makan segala
Cengeng dan penakut

Sampai kapanpun kau tetap
: Alice yang hangat

Rafael Yanuar (01 Maret 2010)