Senin, 27 Februari 2012

Terjaga Tengah Malam


Datanglah, Kekasih
duduklah bersamaku di teras rumah
Malam telah larut – namun begitu lembut
: ziarahkan doa-doa.

Bulan purnama khidmat
kesiup angin menyeruak di antara rerumputan
di tepinya pohon-pohon berakar kekar
dipenuhi embun dan binatang pengerat.

Kemarilah
duduk di sampingku –
cepatlah kaupinjam aksara di telapak daun-daun
bilamana kau ingin menulis puisi
sebab teramat mungkin – kita hanya sedang dipermainkan cuaca
di mana bunga dan kuntum hanya ada dalam imajinasi
: perlahan redup manakala kau membuka mata.

Kembalilah sebentar, Kekasih
pada masa di mana kita
belum lagi bertemu
aku pun hendak menutup mata, dan merelakan
segala kemungkinan
hanya ada dalam mimpi.

27 Februari 2012

Minggu, 26 Februari 2012

Epigram Pagi


Burung sikatan berkicau di dahan pohonan
fajar mengintip di balik celah daunan.

Engkaukah udara, ditiupkan pagi pada hidup
ada embun, di setiap sajak tentangmu.

— 27 Februari 2012 —

Sabtu, 25 Februari 2012

Bunga-bunga Kecil Pemberianmu


Di depan jendela, aku melihat sebatang pohon, berdiri kokoh tak berdaun, di mana kenangan masih hinggap pada rantingnya–dan kanak, bernyanyi riang bagai anak burung belajar terbang. Aku tersenyum membayangkan kaupernah memendam banyak memori di sana–dan menanam bunga-bunga di hatiku nan senyap.

Putri kecil kini beranjak dewasa, bagai kuntum merekah, di dekat sungai mengalir. Waktu menjelma langit, air perlahan membutir di balik gugusan awan–salju turun meski musim telah berganti. Di bawah mendung, kau teringat kembali pada ia, tuan pendongeng, di mana tutur katanya begitu sederhana dan tak terduga. Barangkali sama sepertiku, merindukan mata ayahku. Namun pendongeng dalam kenangmu tentu aku, bukan? Kau hanya tak tahu, kau bagian terindah dalam dongeng ciptaanku.

Hingga pada suatu malam, bintang pun berganti arah–barangkali engkaulah pendongeng terbaik, teruntuk hidupku kelak. Di mana tutur katamu, menjanjikan matahari terbit, menjadi selimut hangat di malam-malam sembab–dan jemari lembutmu menari di jendela, melukis bunga-bunga kecil–di jiwa nan lindap. Barangkali kita tak pernah lagi bertemu. Aku tak tahu, aku hanya punya doa dan engkau harus bahagia di dalamnya.

Semoga kau dapat membacanya, di manapun kau berada. Aku merindukanmu.

— 25 Januari 2012 —
Hujan pun reda, pada lengkung pelangi, aku mengenang matamu nan jelita.

Jumat, 24 Februari 2012

Dongeng Musim Gugur


Penjual bunga, ingatkah
pada gadis kecil berambut merah
dia senang duduk di kebun maple
dalam khusyuk angin tenang
di sekitarnya, daun-daun kering berguguran
menyairkan hening kenangan.
Katamu, ia sering terlihat murung
merenung lekat angsa terbang menuju Selatan.

Bila ia tak ada
pohon-pohon hilang teduh
langit tertegun diterik siang
segala kenang hanya penantian panjang di bangku kereta
dan waktu menjadi tak bersuara
seluruh kota menerawang sia-sia.

Dia ada dalam dongengmu, bukan?
Ditulis dengan damba, buku harian sederhana
kau menamainya musim gugur
: sketsa senja rindumu.
Di mana dia sekarang
ceritakanlah padaku.

Sungguh aku ingin bertemu
hanyut dalam sendu matamu.


— 25 Februari 2012 —

Epigram — Sehari Lebih Lama


Aku ingin mencintaimu sehari lebih lama dari apa yang kita sebut selamanya.

— 13 Februari 2012 —

Kamis, 23 Februari 2012

Piknik

‎​


Berkunjunglah sesekali
rumahku dibangun di dekat sawah
di depannya ada pohon mangga tua
di mana batangnya sudah banyak berbuah
mari kita urai banyak percakapan
sambil bersantap rujak bersama.

Dan bila langit beranjak merah
tunggulah di sini, di beranda mungilku
berbatang-batang kangkung tumbuh di dekat sungai
sudah siap aku petik seikat —
Sementara aku memasak
dapatkah kaucium harumnya
: teracik wangi di wajan hitam?

Berkunjunglah sesekali
sekadar bertemu habiskan hari
di sini, aku punya banyak resep
dan kau, pasti menyukainya.

— 24 Februari 2012 —
Teruntuk Farah 'Falafu' dan Mumu 'Pramoeaga'

Senin, 20 Februari 2012

Serene Poem


I want to write a serene poem
about the moon peeking through leaves
about how peaceful the drizzle drops
about you.


Aku ingin menulis sajak bahagia
tentang rembulan di balik celah daunan
tentang kedamaian, ketika hujan mulai turun
tentangmu.

25 September 2011

Minggu, 19 Februari 2012

Kisah Bintang Lyra


/1/

Nun jauh di Thrakia
ketika ketinggian Olimpus masih terlihat
hiduplah seorang musisi bernama Orpheus
: putra Muse Kalliope dan Oiagros.
Konon, Dewa Apollo sendiri mengajarkannya musik
dan menghadiahkan sebuah lyra padanya.

Dengan lyra pemberian Apollo
Orpheus memadahkan nada-nada indahnya.
Dalam sekejap
ia pun terkenal sebagai musisi berbakat
dan kehadirannya, begitu diminati di banyak kota.

Namun, di tengah kesibukannya
Orpheus selalu menyempatkan hati
menciptakan simfoni, tentang cinta nan suci,
ia juga sering menyanyikan ode
buat para dewa dan ksatria.

Di singgasana Olimpus
Eros, putra Aphrodite, begitu haru melihat kesungguhan Orpheus
dengan panahnya, Orpheus dibuat jatuh cinta
pada Eurydike nan jelita.
Eros berharap, dengan adanya kasih
nada-nada gubahan Orpheus semakin indah
: seolah mampu bersendagurau dengan semesta.

Kini, cinta pun menyatukan keduanya
dalam ikatan pernikahan nan agung.

/2/

Di tengah kegirangan taman bunga
Orpheus terkantuk di bawah pohon ek
Sementara Eurydike
menari riang di sekitarnya.

Cuaca demikian hangat
burung-burung berkicau di rindang pepohonan
angin kecil berhembus di pucuk dedaunan.
Begitu indahnya semesta
Orpheus pun memetik lyra-nya
untuk mengiringi tarian Eurydike.
Suasana menjadi akrab dan menyenangkan di sana.

Tetapi, di sudut tak terlihat
Takdir sedang menuliskan tragedi
dengan tinta tak terhapus.



Tiba-tiba, seekor ular
menancapkan taringnya di kaki Eurydike
dan semua, menjadi begitu terlambat
dengan cepat, Orpheus memeluk kekasihnya
namun, ia telah kehilangan cinta sejatinya
bahkan sebelum tangannya sempat
menyentuh punggung Eurydike.

Sekejap
roh Eurydike melayang menuju Hades
meneriakan pilu nan gemetar
tanpa sedikit pun mampu terdengar
tangan Eurydike melambai-lambai hampa
dengan geletar takut nan nyata.

Di dunia, suara tangis Orpheus
tumpah bersama butiran sunyi.

O, Dewa, ada bening mengalir di sudut mata
bukan darah, bukan pula luka, namun mengapa
pedihnya alangkah terasa, di hati

— isaknya.

/3/

Hanya ada satu cara menemukan Eurydike
di Taigetoss, ada sebuah lorong menuju gua
di sanalah, pintu masuk Hades, terbuka.
Orpheus pun melawan takdir di hulu waktu
menerobos batas-batas hidup dan mati.

Di dalam gua, suasana sunyi
meski hitam nyaris menebang cahaya
Orpheus terus melangkah
cintanya pada Eurydike, membuatnya mampu bertahan.

Di sana, Hermes — Sang Pengantar
dengan tongkat dan tumit bersayap
sempat melarangnya masuk
Engkau masih hidup — katanya.
Tetapi, melihat tekad Orpheus
Hermes pun iba dan menuntunnya
menuju kediaman Hades.

Setelah melewati tebing dan lorong-lorong nan gelap
samar, terdengar suara air di kejauhan
: Sungai Styx.

Dalam hitamnya pekat
Kharon, tuan penyeberang, datang dengan perahunya
diulurkannya tangan pada Hermes.
Namun, ia begitu takjub melihat Orpheus
Tuan, belum waktunya engkau di sini. — seraknya.

Orpheus pun menceritakan kesungguhannya dengan nyanyian
dipetiknya lyra pemberian Apollo
dikisahkannya kebahagiaan
manakala ia menemukan Eurydike
Namun kini, ia bagai bunga, Tuan, dan maut memetiknya
sebelum kelopaknya sempat merekah
dan malam pun dipenuhi rasa rindu
: begitu akrab, dengan kesedihan
.

Kharon pun terharu
membiarkan Orpheus menumpang di perahunya.

/4/

Di istana nan suram
Hades, dengan dwisulanya, begitu terkejut
melihat kedatangan Orpheus
Siapakah engkau, pemuda,
berani-beraninya menyilau aku?

— katanya.
Orpheus pun mundur selangkah.
Wajah Hades memerah, menahan amarah
Di sini belum lagi jadi tempatmu! — geramnya.

Namun, ketika Orpheus memetik lyra-nya.
Hades pun terpaku
sejenak menyelami nada-nada selembut salju
Dewa dengan hati sekeras batu tersebut
begitu takjub mendengar permainan Orpheus.

Teduh sandari segala keheningan
suasana di Hades berangsur damai
bahkan Tantalos, tak lagi mengingat lapar dahaganya
dan Persephone, istri Hades, dengan mata berkaca
menyimpan jiwanya dalam selendang air mata.

Di tengah kerumunan,
rindu terengah meniti jalannya
: Eurydike muncul
jatuh di pelukan Orpheus.
Namun, Hermes segera menariknya
bersentuhan dengan orang mati
jelas melanggar hukum Hades!
— bisiknya.

/5/

Dewa, aku hanya ingin kekasihku kembali
— kata Orpheus.

Di tahtanya, Hades gamang, ditatapnya Persephone
kendati ia hanya terisak, merelungi nyanyian Orpheus.
Hades pun berdiri, mengizinkan Orpheus membawa pulang kekasihnya
dengan syarat
sebelum menyentuh dunia luar
Eurydike harus berjalan mengikuti Orpheus
dan Orpheus, dilarang menengok ke belakang
sekalipun terdesak.

Namun, perintah Hades ternyata tak semudah terdengar
sebab manusia selalu diliputi rasa curiga
: mengapa tak ada suara langkah lain
selain ia dan Hermes?
Mungkinkah Kharon tak mengizinkan Eurydike
menyeberang sungai Styx bersamanya?


Demikian penat jejak kembara
seribu pertanyaan menyesak di dada
: benarkah kekasihnya ada di sana?
Semilir angin, tanpa aroma napas Eurydike
alangkah, melelehkan keyakinan di hatinya.

Lunas perahu di sudut sungai Styx
menuntaskan halaman tengah perjalanan.
Seberkas cahaya mulai terlihat
: kertap kerlip janji kerinduan.

Namun, tempias khawatir tak dapat dibendung
basah jiwa mendesir di dada
barang sedetik, Orpheus melihat ke belakang
sekadar memastikan kekasihnya ada di situ,
tetapi

perbuatannya justru menarik roh Eurydike
kembali ke Hades
tepat selangkah sebelum kaki Orpheus
menginjak bayangan matahari.

Dan rindu pun
membatu.

19 November 2011
Sumber gambar ada di sini

Gadis Jeruk


Duduklah dengan nyaman, Georg,
dengarkan aku bercerita –

Ada sebuah dongeng besar
tentang cinta
tempat kita semua terikat di dalamnya
dan biasa kita sebut kehidupan
Dalam kisahku, ada dia sebagai tokoh utama
: sesosok jelita,
sekantong besar jeruk di tangannya
dalam sebuah trem, siang musim dingin
Dan aku begitu mudah jatuh
pada pandangan pertama
: padanya
entah bagaimana
aku terikat lama sebelumnya.

Kemudian
seperti rasa penasaran ketika kau menera-nera
letak bintang dan rembulan
aku terus mencari dia yang terus pula mencari
mewujudkan sebuah dongeng baru
yang ditautkan oleh semesta
tentang aku dan dia
juga dirimu
Mungkin itu yang kita sebut takdir.

Dan, Georg,
Suatu hari nanti
saat kita berbaring menatap langit
dapatkah kaujawab tanyaku tentang dunia
sesaat sebelum kita tercerabut dari
dongeng yang tak pernah berakhir dengan selamanya?
Namun terabadikan pertemuan-pertemuan di dalamnya
hingga, ketika kita mulai menutup halaman-halamannya
kau bakal sadar
kita tak sedang membicarakan apa-apa
selain harapan,
bukan?

Kolaborasi bersama
Micka dan Rafael Yanuar
(Oktober 2011)

Catatan:

1. Sajak Gadis Jeruk terinspirasi novel Appelsinpiken karya Jostein Gaarder (beliau penulis novel filsafat Sophie Verden)
2. Perempuan dalam gambar bernama Annie Nygaard, pemeran Gadis Jeruk dalam film
3. Sumber gambar ada di sini

Sebab Aku Tahu


Cara terbaik berdamai dengan rindu
adalah mencintaimu.

17 Januari 2012

Sabtu, 18 Februari 2012

Berjalan di Hutan Pinus dan Aku Merindukanmu


Bahkan, ketika kabut mulai turun
dan pagi kian berembun
alam tak pernah habis singkap rahasia.
Selalu ada kejutan-kejutan baru di setiap perjumpaan
di mana aku tak habis-habisnya terkesima —
Saksikan kupu-kupu bermain di lembar udara
bersama lena semilir angin di pucuk dedaunan.

Bahkan tanpa perlu kita tafsirkan
damai tercipta begitu sederhana —
bagaimana doa meriap di hela angin lembah
manakala mataku terpejam, sembari bertanya
Perlukah alam menuliskan kata-kata
dalam puisinya?


Bukankah di setiap ketuk angin
ada isyarat terbaca
tentang rindu abadi, di sela kerpas rumputan
di mana bunga-bunga kecil bertangkai panjang, serupa pena
menuliskan dzikir pada semesta
: sampai doa, bersiaga melayangi cakrawala.

Maka biarkan aku berjalan beberapa langkah lagi
sekadar mengulang kenangan, pun
dalam tangis tersedan
bertukar isyarat
pada alam.

Sebab aku percaya, kita selalu bisa
menanam bibit mungil waktu, di setiap perjumpaan —
Cukuplah rindu tumbuh sebagai kuntum
di mana cahaya, selalu ingin
menyapanya lebih dulu.

— 17 Februari 2012 —
Ditulis sambil menikmati lagu-lagunya Yuyake Lamp di album Yuyake Ballad =)

Kamis, 16 Februari 2012

Kidung


Sayup-sayup kudengar
sebuah kidung, melagukan sepi di kejauhan
Engkaukah pelantunnya?

01 Maret 2011

Hujan Selatan


Dalam sempadan senja aku melihat
rerimbun cemara kekar, di puncak pendakian
mendung terbang melintas, aku menangkap sunyi
dalam saku puisi
: hati pun hening bening, meski hujan deraskan sepi.

O, malam turun bagai lukisan Cina kuno
purnama benderang di atap langit
bunga rumput segar di mana-mana
gemericik sungai berpadu angin utara
elang malam melambung tanpa suara.

Aku pun mendaki sedikit lebih dalam
mencari kolam seroja
: padma bermandi air bulan, di mana rusa
dengan tenang bertelungkup
mengecup airnya.

Dengan harmonika di saku kiri
aku renungi semesta sunyi
risau angin masygul mendesaukan namamu
manakala langit bentangkan waktu
dan rinduku, turun sebagai hujan
di sudut kotamu.

Tahukah kamu —
begitu tenteram alam sembunyikan waktu
aku tak mampu membendung rindu.

— 16 Februari 2012 —
Teruntuk Amalia Achmad, pun foto pemberiannya

Risalah


PADA mulanya
hanyalah kata menetes
sebagai untaian syair
mengalir menuju hilir
: hilir makna.

PADA akhirnya
damai hanyalah riam sejuk
di mana airnya, bening hingga dasar berbatu
sementara pucuk pinus luluh dicumbu kesiuh angin
: doa tertulis di lembar daun-daun.

LIHAT, Kekasih
betapa embun selalu tersenyum
mendahului mekar berbagai kuntum
bertahan dalam musim dan hujan
sementara semesta tak letih membuatkan dian
di bening langit-Nya.

ALANGKAH
siapa tak ingin berjalan di sekitarnya
bermandi sejuk udara di hamparan ngarai hijau
di mana hangatnya mampu menawar gigil
manakala jiwa kita menjelma kupu-kupu
terapung di semenanjung cakrawala
bisikan rahasia di helai pawana, bergelora
sementara ribuan siul pipit serupa ruah suara
menuntun langkah membuka tirai kabut
: merasakan-Nya dalam segala ada dan tiada.

OH, betapa rahmat-Nya menyesaki udara
membelai hening, menelusup telinga pikir
membisiki risalah tentang waktu
: memberi getar pada hidup.

HINGGA tarikh mengalir menuju senja
matahari beranjak terbenam
malam luruh mengurai rindu tanpa kata
dan kita pun
mengerti cinta terindah
tak bertindak dalam tindakannya.

Kolaborasi bersama
Amalia Achmad dan Rafael Yanuar
11 Februari 2012

Rabu, 01 Februari 2012

(Edisi Februari 2012) — Cavalcade of Stars


Kumpulan lagu Jepang favorit saya hadir kembali dalam Cavalcade of Stars. Berhubung sekarang bulan Februari, jadi lagu-lagunya harus bernuansa romantis. Berikut susunannya.

• Kana Uemura - Message
• TEE - Aishitsuzukeru Kara
• Back Number - Check no One Piece
• Angela Aki - Without You
• Ohashi Trio - Monster (featuring Hata Motohiro)
• Bonnie Pink - Joy
• Moumoon - Uta wo Utao
• Dadad - Go Around
• Anri Kumaki - Kyou ni Naru Nara
• Tokyo Jihen - Time Capsule
• Ohashi Trio - Be There (featuring Bonnie Pink)
• Superfly - Secret Garden
• Tomita Lab - Ano Ki no Shita de Aimashou (featuring Yuki Ando)
• Ayaka - Yasashii Ao
• Hata Motohiro - End Roll
• Kana Uemura - My Favorite Songs

Angin Pantai


Dik, matamu pijar mentari dipeluk senja
jatuh tenggelam di lubuk samudera
membentuk kenangan di rembang ingatan
menjadi anak-anak rindu dikejar gelombang
dan angin berlarian di kelopaknya
sebelum senyap kembali datang
ketika kau menutup mata.

Dik, di pesisir pantai nan senyap, bayanganmu lenyap
kini ada perasaan menderas bagai ombak nerkamkan karang.
Sedang senja membawa pesan kematian
burung camar tegar menera lara
kepaknya karam di debur samudera.

Dik, di sepanjang pantai angin bertiup
seperti ombak bergelayut di punggung laut
menjadi tiada direnggut maut.
Di sanalah kau dan aku terlahir
: sebagai perahu, bertolak kehiliringatan.

— 4 Juli 2011 —

Pembuat Teh


Malam dalam secangkir teh
kauseduh bersama rembulan
harum daunnya meriap di udara
menebar rasa tenteram di dalam dada.
Sementara hujan turun di depan jendela
rintiknya meleleh dalam puisi
: secarik rindu sengaja kita tuliskan.

Malam dalam secangkir teh
berkelindan dalam rindu sederhana
kaubersihkan kenangan di ceruknya
membiarkanku menyesap murni teduhnya.
Sementara hujan membasahi tasik
barik mendung masih menghias mega,
dan puisi
: kukuh membuatkanmu cahaya.

Malam dan secangkir teh
hanya menyisakan cangkir di sudut lemari
di mana ceruknya menghitam digerus waktu
sementara pemiliknya
kini sudah tak lagi ada.

— 31 Januari 2012 —