Selasa, 11 Februari 2014

Di Malam yang Indah Ini Aku Ingin Mengenangmu


di malam yang indah ini aku ingin mengenangmu
juga senyummu, dan lagu yang kau nyanyikan
sambil berpura-pura mengapitkan biola di lehermu yang jenjang,
lalu kita akan berdansa diiringi nada-nada walsa
yang mengalun di sebuah tapedeck tua
aku tahu kau pasti tertawa, mengikuti gerakanku yang kaku dan ragu.

di dalam kekosongan ini, helai-helai rambutmu seolah mampu kugapai,
jantungmu yang berdebar dalam pelukku,  
juga keheningan yang menderas di kedua bolamatamu, 
atau kita yang akan berkata-kata 
hingga hujan dan segala yang berbunyi malam ini
kehabisan daya untuk bersuara.

semua itu, sungguh, membuat air mata yang meleleh di pipiku
terasa bagai kecupan yang kaukecapkan ke bibirku yang bergetar.

11 Februari 2014 

Jumat, 07 Februari 2014

Malam Imlek


aku akan mencatat segalanya malam ini
mencatat daun-daun yang jatuh melingkar di sepanjang jalur trotoar
juga aroma dupa yang harum  namun pahit, dari dalam kelenteng tua,
pun aspal yang berkilau dimandikan genangan
dan lagu lama yang perlahan didesiskan kenangan.

aku akan mencatat segalanya yang mungkin membebaskanmu
dari kematian yang panjang,
dari awan-awan yang melepaskan hujan
(tanpa rintih kehilangan)
atau langit yang percaya (bahwa kepergian
hanya jalan yang sia-sia).

aku ingin menyelamatkanmu, dari celah sempit
di dalam diriku
dari kata yang (mungkin) tak berarti apapun
juga sepatah ucap yang tak didengar siapapun,
kuingin sejenak sembunyi
dari tuhan yang murung
meringkuk dalam dosa yang lalai dicatat
wajah duka yang tak dipahami.

Lembang



i.
di dinhari yang senyap
di halaman villa de rosa lembang
aku menyempatkan diri melihat
bukit batu kecil yang dihiasi pelita redup
yang nyalanya seperti matamu
            setelah menahan kantuk selama empat jam
            perjalanan cirebon – bandung
lalu kusadarkan diri
pada malam tak berbintang
bandung yang kelabu
juga lampu taman yang sendu
yang menyinari seluruh relung
dengan cahaya seindah lembayung.

tapi tak ada yang secantik rembulan
yang sinarnya terpantul di awan-awan
seolah kulitmu yang putih dan halus
menguarkan aroma
yang lebih harum dari musim berbunga,
ini malam yang indah, dingin dan berembun jernih
yang ingin kupandangi sedalam mungkin
(sebelum segala yang singgah
seperti juga kedamaian ini
berujung pada ketiadaan.)

ii.
di malam yang jingga ini, wajah bulan terlihat gugup
seperti degup jantung yang lama tak tersentuh hidup
di kerumunan kesunyian ini, yang dipadati
dengan lembaran daun
aku ingin menyimpan puisi-puisiku
juga—bila mungkin—
cahaya redup yang dipantulkan kunang-kunang.

dari keheningan di jalan ini
aku akan meraba degup jantungku sendiri
yang ingin mengenal lebih jauh
bau tanah, dan malam yang sendu
juga langit
yang selalu menuliskan alamat
pada doa-doa, yang jauh.