Ada kabar apa, dilambaikan
daun-daun
pada lembut tanah dan sejuk
udara
ketika lamat-lamat kaudengar
malam berbisik
di sunyi butiran salju
di depan gereja?
Ada rindu, rupanya
pada pijar mata bunda
ketika kaulihat
kilau bintang di pucuk
cemara
memendarkan hangat kenangan.
Betapa nyeri kau urai puisi
dalam bahasa
paling sepi, di mana doa
begitu khusyuk menerjemahkan
kesunyian
menjadi satu-satunya harapan
di bumi
namun,
syair paling indah, bukankah seperti rindu
hanya
dapat dibaca dengan air mata?
Gadis kecil
aku ingin lebur dalam nyala
korek api di tanganmu
untuk meyakini
kebahagiaan yang padam, bisa
dinyalakan kembali
23
Desember 2011
Tidak ada komentar:
Posting Komentar