Selasa, 12 November 2013

Dua Puisi Hari Kemarin


— 01

Lamunan Sebelum Fajar

Ketika
pada rembang malam
bulan berembun di kaca jendela
aku selalu bertanya
apakah cahayanya demikian terik
menembus mimpi-mimpimu?

Sebab
meski lama sunyi dalam tidur
kau lalu terjaga,
Sambil berkata

“Haruskah aku bekerja lagi
memotong kayu bakar
menyiangi ladang
dan berteduh di bawah pohonan rindang
sebab malam terlampau panjang
tuk dihabiskan di dalam kamar.”

Lalu, ketika kelepak samar kelelawar
mengelitik daunan kuning, dan burung kecil
mencari makan di balik reranting kering
kau pun memandang jendela lama sekali.

— 02

Kenangan Sebelum Fajar

Di depan jendela
desau angin meniup baling-baling
udara mengetuk begitu tajam
cahaya tak pernah pejamkan mata
derik jangkrik alangkah hening mengusik
selinap kabut begitu saja masuk
menembus hening.

Aku ingat
bila terjaga tengah malam
kau pasti duduk di depan jendela
matamu demikian awas
melihat Tuhan bekerja.

20 Maret 2012

Semusim Kenangan



Dik
kereta berikutnya belum juga tiba
tahun-tahun berlalu bagai desir sunyi di lembar kalender
Desember dan Januari barangkali hanya selembar detik.

Dik
kereta berikutnya belum lagi tiba
tak ada sepatumu di depan pintu
hanya selembar epitaf dipungut musim dan usia
tahun-tahun tak pernah menjadi baru.

Lalu, bila rindu hanya sepatah nama tak lengkap
masih bolehkah aku berharap
kereta berikutnya mengantarmu pulang?

2013