Kamis, 25 Maret 2010

Jeda


Meski kata-kata ini hanya khiasan tak pasti tentang rasa, namun percayalah
Tak perlu ada jeda yang membuat kita bisu untuk saling mencari, di pandang mata masing-masing
Sebab ketidakpastian pasti hadir mengukir jalan yang terlampau
Panjang berliku

Dan yakinlah pada ujung perjalanan, selalu ada senyum menunggu
Atas keteduhan batin dan ketabahan jiwa
Yang tak terkatakan oleh apapun jua, tak lekang dilesap zaman-zaman
Di sanalah kita ukir prasasti janji pasti

Aku tak butuh jeda untuk mencintaimu

Rafael Yanuar (24 Januari 2010)

Ini tentang rinai penghujan yang membangun pembeda ruang, antara lekang dan kenang. Pun tentang air mata, yang mengalir menembus batas, mengekal di segala retak. Dan jua jendela makna, mengukir jejak pada kata - di teduhnya cinta.

_@_

Perjumpaan:

Teruntuk istriku terkasih, Noviyanti Souw :)

Episode


Selekas garis gemintang di wajah malam
Melesat sekejap pandangan mata, menganga
Maka berlalulah sudah
Waktu memang pandai mengais pertemuan
Dan memecahnya di satu sisi jiwa

Rafael Yanuar (28 Desember 2009)

Waktu bukanlah keabadian, sekedar labirin tanda tanya yang di setiap ujung jeda dan pintunya selalu sisakan misteri. Akan tetapi, setiap jejak tidaklah sia-sia. Seperti samudera bermula dari tetes air. Setiap darma memberi harapan masa depan. Lukisan masa depan adalah pilihan kita menggoreskan warna pada kanvas masa kini (Yudi Latif / Dewan Pendiri Nurcholish Madjid Society)

_@_

Perjumpaan:

Episode adalah jejak kata, lukisan pengembaraan. Yang mengabadikan waktu dalam lembar kenang, mengungkung jiwa di ruang kisah.

Sabtu, 20 Maret 2010

Simfoni Embun Pagi


: aku

Ketika pagi membuka hari.

Satu lagu membungkus indahnya nada
pada lembar dedaunan bayu berbagi ceria
menggugah hati; mencipta makna
temani kicau burung bernyanyi; bersuka

Embun menyapa bak permata
lantunkan melodi simfoni syukur
berpadu satu
isyaratkan surya tuk hadirkan cahaya
: begitu harmoni

Perlahan hangat lembayung menelusup jendela
bangunkan sukma dari lelap
tawarkan cita tuk segera memadu rasa
pada hamparan luas samudera cinta

Kubuka jendela
sambut indah kasih-Nya

Rafael Yanuar (18 Juni 2009)

Semoga embun dapat mengurai segala dosa, untuk meraih indah kasih-Nya

Kamis, 04 Maret 2010

Pawana Pagi


Kini aku entah mimpi apa namanya
Tersesat di dunia garis dan kata


Pawana Pagi, yang berhembus di ranah – ranah padang ilalang
Sambutlah mentari, bersinar laiknya tanda bahagia
Teduh nian, bukan

Ada getar dan detak di sana, di dinding angin itu
Detak yang tenang, tanpa riak menghanyutkan
Terang, seperti runut membangun
Pusara harapan dan cinta

Pawana Pagi – seusai pagi menyuguhkan hari
Kan kudekap lagi mimpi – mimpi
Pada jarak yang menghela masai
Pada musim yang mengais damai
Hingga puisi, turut menuliskan makna yang tak lagi sarat

: pada Jiwa

Rafael Yanuar (25 Februari 2010)