i.
di dinhari yang senyap
di halaman villa de rosa lembang
aku menyempatkan diri
melihat
bukit batu kecil yang
dihiasi pelita redup
yang nyalanya seperti matamu
setelah menahan kantuk selama empat jam
perjalanan cirebon – bandung
lalu kusadarkan diri
pada malam tak berbintang
bandung yang kelabu
juga lampu taman yang sendu
yang menyinari seluruh
relung
dengan cahaya seindah
lembayung.
tapi tak ada yang secantik
rembulan
yang sinarnya terpantul di
awan-awan
seolah kulitmu yang putih
dan halus
menguarkan aroma
yang lebih harum dari musim
berbunga,
ini malam yang indah, dingin
dan berembun jernih
yang ingin kupandangi
sedalam mungkin
(sebelum segala yang singgah
seperti juga kedamaian ini
berujung pada ketiadaan.)
berujung pada ketiadaan.)
ii.
di malam yang jingga ini,
wajah bulan terlihat gugup
seperti degup jantung yang
lama tak tersentuh hidup
di kerumunan kesunyian ini,
yang dipadati
dengan lembaran daun
aku ingin menyimpan
puisi-puisiku
juga—bila mungkin—
cahaya redup yang
dipantulkan kunang-kunang.
dari keheningan di jalan ini
aku akan meraba degup
jantungku sendiri
yang ingin mengenal lebih
jauh
bau tanah, dan malam yang
sendu
juga langit
yang selalu menuliskan alamat
pada doa-doa, yang jauh.
blogmu butuh layout yg lebih menarik yang sesuai dengan musim bunga, Raf :p
BalasHapus