kasihku,
bagai keriput kayu di tungku perapian
pendarkan cahaya di tengah beku cuaca,
adakah hatimu hangat dan tenteram
dalam pangkuan doa-doaku?
kasihku,
bagai matahari terbit, tumbuh dan menua
lalu kembali belia ketika hari bermula,
adakah cintaku melahirkanmu
setiap pagi
dalam selembar sajak paling bahagia?
karena
ketika tarian musim dan kicau burung-burung
berpadu embun basuh basah perahu,
pada cengkerama subuh
aku ingin kembali
menemukan namamu di pelataran takdirku.
aku tak ingin kau resah
bila usia menyentuh dengan tangan layunya,
bukankah
bertambahnya nyala
lilin di
perjamuan hidupmu
hanya membuatmu semakin bercahaya
di mata cinta?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar