Sabtu, 07 April 2012

Aku Ingin Pulang


– Papi

Ayah
aku ingin pulang.

Menyusuri hamparan persawahan
menyaksikan matahari terbit dan terbenam
di kota kecilmu.

Tapi sekarang — kau berkata
kotaku tak lagi sama.

Ia serupa detik di sebuah jam tua
tak pernah bisa mengabadikan apa-apa
dan kita — hanya mampu membentuk kecemasan
bagai reranting tersapu angin
gelisahkan udara.


Aku hanya diam
menikmati semlir angin membawa hangat ingatan
menyaksikan burung-burung sunyi melintas jembatan
kita terus mengenangkan hujan semalam
dan merasa sangat kesepian.

Ayah
aku tetap ingin pulang.

Sebab di kotamu, bulan selalu pualam
bintang-bintang menyentuh langit dengan bayangan abadi
di teduh matamu.

Kau tersenyum —
Bukankah kesendirian membuat kita tahu, cinta ada?

Dan aku kembali disamarkan kenyataan
kau telah tiada.
Hanya bayangmu, senantiasa
tak lagi berubah.

Sebuah pusara.

27 Agustus 2011

Tidak ada komentar:

Posting Komentar