– Papi
Ayah
aku ingin pulang.
Menyusuri hamparan persawahan
menyaksikan matahari terbit dan terbenam
di kota kecilmu.
Tapi sekarang — kau berkata
kotaku tak lagi sama.
Ia serupa detik di sebuah jam tua
tak pernah bisa mengabadikan apa-apa
dan kita — hanya mampu membentuk kecemasan
bagai reranting tersapu angin
gelisahkan udara.
Aku hanya diam
menikmati semlir angin membawa hangat ingatan
menyaksikan burung-burung sunyi melintas jembatan
kita terus mengenangkan hujan semalam
dan merasa sangat kesepian.
Ayah
aku tetap ingin pulang.
Sebab di kotamu, bulan selalu pualam
bintang-bintang menyentuh langit dengan bayangan abadi
di teduh matamu.
Kau tersenyum —
Bukankah kesendirian membuat kita tahu, cinta ada?
Dan aku kembali disamarkan kenyataan
kau telah tiada.
Hanya bayangmu, senantiasa
tak lagi berubah.
Sebuah pusara.
27 Agustus 2011
Sabtu, 07 April 2012
Aku Ingin Pulang
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar