Jumat, 13 April 2012

Merenovasi Rumah Tua




/1/

Dulu, ada sebuah rumah di ujung kota
di mana temboknya sudah lapuk dimakan rayap
dan atapnya hanya tinggal puing-puing belaka
karena ilalang tumbuh membelukar di kebun kecilnya
keberadaannya pun tak lagi dikenali.

Suatu senja,
ada seorang pria tertegun memandangnya
dalam hati ia merasa
alangkah mirib hidupnya
dengan kondisi rumah tersebut
ia pun menghubungi pemiliknya
dan langsung membelinya.

/2/

Dengan sabar, ditemani beberapa tukang
ia pun memasang kayu dan genting
mengaduk dan mengecor semen
lalu mengorek dengan tombak
ilalang di sekitar
dalam setahun, renovasinya rampung dengan hasil memuaskan

ia pun mengecat dinding rumahnya
dengan warna putih dan biru—seperti langit dan laut
warna kesukaannya.

Ia lalu menanam bunga-bunga di halaman kecilnya
dan menyiramnya dengan hati-hati

: pagi ketika matahari memulai hari, ia sempatkan
memandikan morning glory dan lili kesayangannya
dan membiarkan embun mengalir di lembut kelopaknya

senja setelah lelah bekerja
tak lupa ia mengemburkan tanah dengan pupuk
dan secukupnya air hangat

malam, manakala hatinya dipenuhi
kegembiraan esok hari
ia pun menatap teduh kebun kecilnya
dengan bahagia

tanpa disadarinya, kehidupannya pun turut membaik
bersama rekahnya bunga-bunga di halaman rumahnya.

/3/

Kini, rumah tersebut menjadi satu-satunya rumah
dengan halaman dipenuhi bunga-bunga,
ketika melewatinya, banyak pejalan terdiam dalam jenak
dan menikmati perhentiannya, dengan decak.

13 April 2012

Tidak ada komentar:

Posting Komentar