bersemu teduh rona merah di langit senja
ketika, rumput-rumput terkantuk di halaman
pada pembaringan musim
pertama, bunga-bunga terbuka,
apa kabar, sahabat lama, kau mau pesan apa?
harum kopi
bercampur dengan
kertas-kertas puisi
mengingatkanku pada potret
kelabu
di musim lalu,
kopi hitam, paman, seperti biasa.
lampu-lampu temaram
menerangi lukisan dan potret di dinding,
menerangi lukisan dan potret di dinding,
kipas listrik berputar
terasa malas di pucuk-pucuk rambutku,
terasa malas di pucuk-pucuk rambutku,
lonceng kecil di pintu
berkeleneng parau
senandung lagu barat di tapedeck tua
tak terhitung sudah,
berapa kali memutar sendu.
berapa kali memutar sendu.
di sinilah tempat terindah
di mana letih diredupkan
bersama remang lampu
dan percakapan peneduh kalbu
di sinilah tempat sejenak
mencuci kaki
setelah seharian lelah
berjalan
kini, hujan rintik-rintik
dengan harum nan sabar
membuatku teringat
pada lekat lumut di lembab
tembok
pada rengkah dinding dihisap
cuaca
aku menyesap kopi hitam di
meja—
betapa pahitnya, lama kurindu.
2013—buat paman pendongeng
Tidak ada komentar:
Posting Komentar