Jumat, 18 Oktober 2013

Di Kedai Kopi


bersemu teduh rona merah di langit senja

ketika, rumput-rumput terkantuk di halaman
pada pembaringan musim pertama, bunga-bunga terbuka,
apa kabar, sahabat lama, kau mau pesan apa?
harum kopi
bercampur dengan kertas-kertas puisi
mengingatkanku pada potret kelabu
di musim lalu,
kopi hitam, paman, seperti biasa.

lampu-lampu temaram
menerangi lukisan dan potret di dinding,
kipas listrik berputar
terasa malas di pucuk-pucuk rambutku,
lonceng kecil di pintu berkeleneng parau
senandung lagu barat di tapedeck tua
tak terhitung sudah,
berapa kali memutar sendu.

di sinilah tempat terindah
di mana letih diredupkan
bersama remang lampu
dan percakapan peneduh kalbu
di sinilah tempat sejenak mencuci kaki
setelah seharian lelah berjalan

kini, hujan rintik-rintik dengan harum nan sabar
membuatku teringat
pada lekat lumut di lembab tembok
pada rengkah dinding dihisap cuaca
aku menyesap kopi hitam di meja—
betapa pahitnya, lama kurindu.

2013—buat paman pendongeng

Tidak ada komentar:

Posting Komentar