—beberapa catatan insomnia
1.
tiba-tiba ia dengar hujan di
kepala
padahal langit demikian
terbuka
maka ia sibak pintu minimarket
berharap bisa memesan kantuk
di sana.
2.
bagai lengan-lengan sunyi
di kantung celana pejalan
insomnia
trotoar, jalan dan lampu
kota, kaku
dalam dingin,
daun-daun lerai meski cuaca
tak lagi berangin
lalu keresak hening di pohon
beringin, tapi
di manakah kita?
3.
bilur-bilur duka kembali
terbuka
ketika kenang di kota tua
meneduhkan lagi
rindu, di lubuk sanubari
kau menjelma seekor burung
di puncak menara gereja
santo ignatius
aku menjelma pohon beringin
dengan dingin masa lalu
di dinihari nan senyap,
lonceng berbunyi
tapi kita memilih
tiada.
4.
Tuhanlah
tanah lapang di seberang
gereja
tempatnya biasa berbaring
dengan perut lapar dan hati
tegar,
malam
memang tak punya rumah -- batinnya
tapi
ia cukup ramah menyambutku pulang,
di menara bulan menyala
redup bagai lilin di meja
penyair
tapi kenapa, cerita dan
peristiwa
berlalu sepi di hati?
kenapa, kita tak pernah
benar mengerti?
kecuali derit dan jerit
sakit
mungkinkah kita hanya
daun-daun dileraikan musim?
5.
daun-daun lerai
lampu-lampu beku
persimpangan tak terlihat
kabut-kabut dimakan batu
tiba-tiba saja
rindu terbit di dadaku.
(2013)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar