Minggu, 21 Desember 2014

Jakarta


angin yang pucat
juga cuaca berkabut di maghrib yang pekat
entah kenapa selalu mampu
mengharukanku—
kota yang lama tak kukunjungi ini
ternyata juga menyimpan hangat
perasaan akrab yang lama mengendap di benak.

di sini kuhayati sungguh
betapa lama dan jauh
perjalanan angin menuju laut
segala yang terpendam dalam mata
barangkali juga membuat duka
terasa kekal.

jakarta, selamat malam
menghayati sepi tubuhmu
hanya menyimpan luka sendiri,
o kota
di atas roda yang menderu
kulihat lusuh doa diterbangkan ingin
bagai sebuah sedih yang tak lagi
kaukenal nadanya.

27 Juli 2014
Ditulis di Jakarta, saat menginap di rumah saudara

Tidak ada komentar:

Posting Komentar