angin
yang pucat
juga
cuaca berkabut di maghrib yang pekat
entah
kenapa selalu mampu
mengharukanku—
kota yang lama tak kukunjungi ini
ternyata juga menyimpan hangat
perasaan akrab yang lama mengendap di benak.
di
sini kuhayati sungguh
betapa
lama dan jauh
perjalanan
angin menuju laut
segala
yang terpendam dalam mata
barangkali
juga membuat duka
terasa
kekal.
jakarta,
selamat malam
menghayati
sepi tubuhmu
hanya
menyimpan luka sendiri,
o
kota
di
atas roda yang menderu
kulihat
lusuh doa diterbangkan ingin
bagai
sebuah sedih yang tak lagi
kaukenal
nadanya.
27 Juli 2014
Ditulis di Jakarta, saat menginap di rumah saudara
Tidak ada komentar:
Posting Komentar