di
sini, jauh di dalam hati
ada
satu malaikat, tumbuh di sudut puisi
butiran
salju berbentuk mawar putih
jatuh
di sepasang sayap kecilnya.
ia
terbiasa menengadah
ketika
dingin kelopak menyentuh hangat hidungnya
lalu
bernyanyi suka ria
ketika
semilir membasuh jernih matanya.
aku
mencoba menyentuh rona pipinya
dengan
meletakkan tangan di depan dada
sekadar
ingin menghayati
tumpahan
rindu di dalam kalbunya.
pernah,
pada suatu malam
dia
mengeluh sunyi, sebab aku
mulai
melupakannya.
langit
pun berbarik bisu, berlimpah hujan dan halimun
aku
memeluknya hati-hati dan berkata
“damailah,
aku masih di sini,”
lalu
menyelimutinya dengan doa.
jauh
di dalam hati
ada
satu malaikat bersayap putih
matanya
hijau langit di bulan desember
sayapnya
pendar pualam di malam purnama
senyumnya
damai, baka
sebab
selalu
dihangatkan
dengan doa tak henti.
15 September 2011
Catatan
i.
Meski
kerap begitu mudah dilupakan, seperti salju—indah namun rapuh, setidaknya di
hatiku, kenangan tidak mati, tetapi selalu tumbuh. Kadang menjadi puisi, kadang
menjadi malam ketika hujan perlahan reda, kadang bersembunyi di antara harum
embun, pun pada lambaian daun.
ii.
Untukmu,
selamanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar