Jumat, 26 Desember 2014

Sebuah Kota di Sudut Puisi



di sini, jauh di dalam hati
ada satu malaikat, tumbuh di sudut puisi
butiran salju berbentuk mawar putih
jatuh di sepasang sayap kecilnya.

ia terbiasa menengadah
ketika dingin kelopak menyentuh hangat hidungnya
lalu bernyanyi suka ria
ketika semilir membasuh jernih matanya.

aku mencoba menyentuh rona pipinya
dengan meletakkan tangan di depan dada
sekadar ingin menghayati
tumpahan rindu di dalam kalbunya.

pernah, pada suatu malam
dia mengeluh sunyi, sebab aku
mulai melupakannya.
langit pun berbarik bisu, berlimpah hujan dan halimun
aku memeluknya hati-hati dan berkata
“damailah, aku masih di sini,”
lalu menyelimutinya dengan doa.

jauh di dalam hati
ada satu malaikat bersayap putih
matanya hijau langit di bulan desember
sayapnya pendar pualam di malam purnama
senyumnya damai, baka
sebab selalu
dihangatkan dengan doa tak henti.

15 September 2011

Catatan

i.
Meski kerap begitu mudah dilupakan, seperti salju—indah namun rapuh, setidaknya di hatiku, kenangan tidak mati, tetapi selalu tumbuh. Kadang menjadi puisi, kadang menjadi malam ketika hujan perlahan reda, kadang bersembunyi di antara harum embun, pun pada lambaian daun.

ii.
Untukmu, selamanya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar