Jumat, 26 Desember 2014

Telepon Benang




dulu, 
ketika senja rekah
dan hujan reda sudah
dengan polosnya aku mengajakmu
membuat telepon dengan gelas aqua
meski kini hanya ada
aku sendiri, mengulurkan benang di seberang
pohon jambu liar.

namun, hei, aku bisa mendengar suaramu
samar-samar ketika
kau berkata ‘halo,
di sini penjual bunga,’
dan aku menyambutnya dengan tawa ceria
menelan air mata sekadar ingin mengenangmu
dengan bahagia.

namun,
apakah kita
masih diizinkan bertemu,
seperti dulu ketika
hari esok menjanjikan
senyummu?

14 April 2011

Catatan
Tulisan-tulisan tentang Penjual Bunga, apabila dikumpulkan, sepertinya bisa menjadi kisah yang panjang (tertawa).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar