Bahkan, ketika kabut mulai turun
dan pagi kian berembun
alam tak pernah habis singkap rahasia.
Selalu ada kejutan-kejutan baru di setiap perjumpaan
di mana aku tak habis-habisnya terkesima —
Saksikan kupu-kupu bermain di lembar udara
bersama lena semilir angin di pucuk dedaunan.
Bahkan tanpa perlu kita tafsirkan
damai tercipta begitu sederhana —
bagaimana doa meriap di hela angin lembah
manakala mataku terpejam, sembari bertanya
Perlukah alam menuliskan kata-kata
dalam puisinya?
Bukankah di setiap ketuk angin
ada isyarat terbaca
tentang rindu abadi, di sela kerpas rumputan
di mana bunga-bunga kecil bertangkai panjang, serupa pena
menuliskan dzikir pada semesta
: sampai doa, bersiaga melayangi cakrawala.
Maka biarkan aku berjalan beberapa langkah lagi
sekadar mengulang kenangan, pun
dalam tangis tersedan
bertukar isyarat
pada alam.
Sebab aku percaya, kita selalu bisa
menanam bibit mungil waktu, di setiap perjumpaan —
Cukuplah rindu tumbuh sebagai kuntum
di mana cahaya, selalu ingin
menyapanya lebih dulu.
— 17 Februari 2012 —
Ditulis sambil menikmati lagu-lagunya Yuyake Lamp di album Yuyake Ballad =)
Sabtu, 18 Februari 2012
Berjalan di Hutan Pinus dan Aku Merindukanmu
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar