Kamis, 16 Februari 2012

Hujan Selatan


Dalam sempadan senja aku melihat
rerimbun cemara kekar, di puncak pendakian
mendung terbang melintas, aku menangkap sunyi
dalam saku puisi
: hati pun hening bening, meski hujan deraskan sepi.

O, malam turun bagai lukisan Cina kuno
purnama benderang di atap langit
bunga rumput segar di mana-mana
gemericik sungai berpadu angin utara
elang malam melambung tanpa suara.

Aku pun mendaki sedikit lebih dalam
mencari kolam seroja
: padma bermandi air bulan, di mana rusa
dengan tenang bertelungkup
mengecup airnya.

Dengan harmonika di saku kiri
aku renungi semesta sunyi
risau angin masygul mendesaukan namamu
manakala langit bentangkan waktu
dan rinduku, turun sebagai hujan
di sudut kotamu.

Tahukah kamu —
begitu tenteram alam sembunyikan waktu
aku tak mampu membendung rindu.

— 16 Februari 2012 —
Teruntuk Amalia Achmad, pun foto pemberiannya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar