Sabtu, 25 Februari 2012

Bunga-bunga Kecil Pemberianmu


Di depan jendela, aku melihat sebatang pohon, berdiri kokoh tak berdaun, di mana kenangan masih hinggap pada rantingnya–dan kanak, bernyanyi riang bagai anak burung belajar terbang. Aku tersenyum membayangkan kaupernah memendam banyak memori di sana–dan menanam bunga-bunga di hatiku nan senyap.

Putri kecil kini beranjak dewasa, bagai kuntum merekah, di dekat sungai mengalir. Waktu menjelma langit, air perlahan membutir di balik gugusan awan–salju turun meski musim telah berganti. Di bawah mendung, kau teringat kembali pada ia, tuan pendongeng, di mana tutur katanya begitu sederhana dan tak terduga. Barangkali sama sepertiku, merindukan mata ayahku. Namun pendongeng dalam kenangmu tentu aku, bukan? Kau hanya tak tahu, kau bagian terindah dalam dongeng ciptaanku.

Hingga pada suatu malam, bintang pun berganti arah–barangkali engkaulah pendongeng terbaik, teruntuk hidupku kelak. Di mana tutur katamu, menjanjikan matahari terbit, menjadi selimut hangat di malam-malam sembab–dan jemari lembutmu menari di jendela, melukis bunga-bunga kecil–di jiwa nan lindap. Barangkali kita tak pernah lagi bertemu. Aku tak tahu, aku hanya punya doa dan engkau harus bahagia di dalamnya.

Semoga kau dapat membacanya, di manapun kau berada. Aku merindukanmu.

— 25 Januari 2012 —
Hujan pun reda, pada lengkung pelangi, aku mengenang matamu nan jelita.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar